Ponorogo – Batik Ciprat Karangpatihan kini menjadi salah satu produk unggulan Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. Lebih dari sekadar karya seni, batik ini memiliki nilai sosial yang tinggi karena dibuat oleh warga disabilitas yang tergabung dalam komunitas kreatif desa.
Batik Ciprat memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi motif maupun teknik pembuatannya. Proses pewarnaan yang dilakukan dengan cara cipratan menjadikan setiap helai kain batik memiliki corak yang khas dan tidak bisa disamakan satu sama lain. Teknik ini tidak hanya artistik, tetapi juga inklusif karena memungkinkan warga disabilitas untuk berkreasi secara mandiri dan ekspresif.
Keberhasilan Batik Ciprat Karangpatihan tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, lembaga sosial, hingga institusi pendidikan tinggi, baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu kerja sama yang menjadi sorotan adalah kolaborasi dengan Coventry University, Inggris. Kerja sama ini mencakup pelatihan desain, pengembangan produk, serta peningkatan kapasitas produksi dan pemasaran secara global.
Kepala Desa Karangpatihan menyampaikan bahwa Batik Ciprat bukan hanya produk ekonomi kreatif, tetapi juga simbol pemberdayaan dan semangat inklusivitas. "Kami ingin menunjukkan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk berkarya. Batik Ciprat adalah bukti nyata bahwa kreativitas itu milik semua orang," ujarnya.
Dengan semakin meluasnya jaringan kerja sama dan meningkatnya kualitas produk, Batik Ciprat Karangpatihan diharapkan dapat terus berkembang dan menjadi ikon pemberdayaan masyarakat disabilitas, sekaligus memperkuat identitas budaya lokal Ponorogo di kancah nasional maupun internasional. (RA)